Posisinya yang terbalik membuat kecoak mendapatkan udara lebih banyak saat cairan insektisida disemprotkan padanya.
Kandungan cairan insektisida dapat mempengaruhi sistem saraf kecoak, dan menyebabkan beberapa enzim berkumpul di tubuh mereka. Kondisi itu akhirnya membuat kecoak mengalami kejang otot dan tidak mampu lagi mempertahankan posisi tubuhnya dengan normal.
Lantaran serangga seperti kecoak memiliki tubuh besar yang ditopang enam kaki panjang dan kurus, akhirnya tanpa sadar mereka terungkap ke belakang saat akan mati.
Faktanya, tidak semua kecoak mati dengan posisi terbalik. Sebab, hanya kecoak yang dibunuh menggunakan insektisida saja yang mati dengan posisi punggung di bawah dan kaki di atas.
Seperti dilansir dari Science ABC, Selasa (4/1/2022) kecoak akan kesulitan untuk memperbaiki dirinya saat berada pada posisi terbalik. Tanpa koordinasi otot atau apa pun untuk dipegang, kecoak biasanya berakhir mati terbalik. Kecoak juga tidak hanya mati karena insektisida saja, tetapi karena berbagai hal. Misalnya, di alam liar terdapat predator seperti tokek, kelelawar, laba-laba, dan kalajengking, bahkan mereka bisa mati karena kekurangan makanan dan nutrisi.
Menariknya, saat memasak dengan posisi terbalik menyentuh benda seperti sapu terkadang mereka akan kembali seperti semula dan melarikan diri.
Sama seperti hewan lainnya, seiring bertambahnya usia kecoak juga bisa mati. Hal ini disebabkan karena otot-otot yang mulai melemah, dan membuat mereka sulit untuk kembali ke posisi normal ketika terjatuh di permukaan yang licin. Kecoak merupakan hewan yang tangguh, karena mampu menahan napas selama 30 menit di udara. Di sisi lain, serangga yang memiliki antena ini mampu hidup tanpa kepala selama 10 hari. Sebab, mereka tidak terlalu banyak makan, dan dapat bernapas melalui sisi tubuhnya.

No comments:
Post a Comment